Sebuah negara sudah pasti tidak luput dari suatu masa kelam. Salah satunya adalah di kamboja yang terjadi pembunuhan masal. Sejarah ini bak mimpi buruk bagi masyarakat disana.
Kekerasan dan kelamnya masa lalu Kamboja. Itulah yang menjadi tagline dari pariwisata di Phnom Penh. Bisa dibilang, tak ada lagi spot wisata menarik selain kuburan masal, ruang penyiksaan, serta penjara dan ruang eksekusi yang membuat bulu kuduk merinding.
Sesampainya di Sisowath Quay-komplek backpacker di Phnom Penh, aku segera menuju ke penginapan. Penginapan di Phnom Penh bisa dibilang sangat murah, hanya dengan 70 ribu rupiah para pelancong bisa mendapatkan kamar single bahkan double room dengan fan.
Selepas beristirahat sebentar, aku segera mencarter tuk-tuk untuk menuju perhentian pertama yaitu Killing Field. Dari banyak lokasi pembantaian, Killing Field adalah salah satu lokasi pembantaian paling tersohor di Kamboja. Polpot, pemimpin pemberontakan Kamboja saat itu membunuh semua orang yang tidak sejalan dengan idealisme dan keinginannya. Tak pandang bulu, wanita dan bayi pun ikut dibunuh.
Biasanya, para lelaki disuruh berkerja terlebih dahulu, baru dibunuh dengan berbagai macam cara. Ditembak, disetrum, dipenggal, diberi gas beracun, ditenggelamkan, dipukul keras-keras dengan cangkul, ditusuk matanya menggunakan bambu tajam, dan disiksa secara perlahan-lahan merupakan pilihan terfavorit. Para wanita biasanya diperkosa terlebih dahulu baru dibunuh dengan cara yang sama. Terkadang, siksaan secara seksual pun dilakukan hingga ajal menjemput.
Yang mengenaskan bayi pun tak luput dari pembunuhan keji ini. Bayi yang tak berdosa dipegang kakinya, lalu diayunkan kepalanya ke arah sebuah batang pohon besar hingga pecah kepalanya. Bayangkan saja kengerian yang amat sangat saat aku membayangkan kekejaman Polpot saat itu. Apalagi suasana Killing Field yang terlihat sepi dan kelam membuat bulu kuduk naik. Belum lagi audio guide yang di sediakan memberi penjelasan lengkap dan cerita tentang keganasan Polpot.
Menurut informasi, hampir dua juta orang yang menjadi korban kekejaman Polpot. Aku hanya menundukkan kepala saat melihat foto-foto para korban. Kengerian yang tak terbayang, hampir semua daerah di Kamboja mengalami hal yang sama.