Tersesat dan Nyasar di Padang Pasir Bromo Part 2

Ada sekitar 1 jam kami ber4 berjalan bersama, tidak tahu arah kemana. Kadang kami menggas cepat, tiba2 langsung tebing atau lubang yang cukup dalam. Kadang masuk ke zona rumput, dan entah arah kemana. Jadi semua arah terasa sama saja, dan jalur ban jeep yang kami gunakan pun terasa useless.

Rasanya bingung sekali. Pasrah. Rasanya ingin merelakan saja sunrise Pananjakan demi keselamatan. Tapi entah, 4 orang dari kami tetapi ingin lanjut, dan kami semakin nekat. Kami menembus rumput, yang tiba2 bertemu dengan tanjakan, lalu kami berputar balik tetapi tidak dengan arah yang sama, bertemu lagi dengan gundukan yang curam. Entah apalagi banyak sekali rintangan. Melihat jam, sudah menunjukkan pukul 3 lewat dan masih, benar2 gelap.

Tiba2 setelah 1,5 jam bingung dan sempat stop untuk mengibarkan bendera putih, tiba2 datang sebuah jeep yang sepertinya telat untuk berangkat. Saya lalu mengejar dengan motor dan memberikan signal dengan lampu jauh. “Pak, mau ke Pananjakan? Boleh kami ikut?” kataku. Bapak hanya menganggukan kepala yang bertandakan boleh. Tapi aneh, saya melihat di dalam mobil, sepertinya kok muka pesertanya cemas semua. Seperti ada sesuatu yang salah. Sesuatu yang membuat mereka bingung. Saya berpikir, apa yang terjadi dengan jeep ini?

Sayapun mengikuti jeep ini dari belakang. Terlihat muka dari kaca belakang jeep yang berdebu, muka2 cemas. Ada apa, geranganku. Suara mesin jeep berderu kencang, dengan kami berempat dibelakang terkena hembusan debu debu dari ban mobil jeep.

Kok aneh ya,mobil ini hanya berputar2 saja daritadi. Kita udah setengah jam daritadi berkeliling lho Yu” kataku. Wahyu juga bingung. Sayapun bertukar posisi kali ini, saya yang membawa motor, dan saya memberanikan diri untuk menyusul jeep tersebut. “Pak, kok saya lihat bapak berputar aja disini, arahnya kemana pak?” tanyaku dengan cuek saja. “Wah, saya sudah coba ikuti jalur jeep, sepertinya kita nyasar nih..” kata Pak Supir mengeluh. “Oh My God, ternyata mereka juga nyasar, padahal supirnya udah sering ngantar, tapi bisa nyasar juga, bagaimana saya yang baru sekali kesana” pikirku.

Kami sempat diam selama beberapa menit, dan saya mempunyai ide nekat. “Pak, gimana kalau bapak ikut saya? Saya pakai GPS dan saya rencana tembak langsung ke gunung” ujarku. Saya sadar ini cukup beresiko, kami memotong kontur dan entah ada gundukan tinggi atau gundukan curam yang ada didepan kami. Ternyata supir pun mengiyakan. Saya tersenyum dan mulai menggas motor.

Kami menempuh perjalanan cukup jauh. Beberapa gundukan tinggi dan curam sering membuat kami hampir jatuh. Belum lagi debu dan kabut yang mengurangi pandangan. Matahari belum sama sekali muncul, masih gelap sekali. Kadang pasir, kadang rumput, kadang kubangan basah. Cukup ekstrim karena kami memotong jalur, yang seharusnya bukan jalannya. Kesannya, kami yang mengguide Jeep.

Setelah 45 menit memotong jalan menggunakan GPS handphone, kami melihat cahaya2 kecil berpendar. “Ada jeep lain! Alhamdulillah, ayo cepat!” teriakku. Kami pun menyusul dengan cepat, dan tiba2 jeep itu mendahului kami secara tiba2 tanpa salam ataupun klakson. Mungkin dia sedang terburu2, pikirku.

Akhirnya, setelah beberapa jam perjalanan yang panjang dan mendebarkan, kami sampai di Pananjakan. Pelajaran yg dpt dipetik: jgn sombong, yang sudah hapal jalan saja bisa nyasar. Selalu berdoa jangan nekat.

Tersesat dan Nyasar di Padang Pasir Bromo Part 1

Brrrrmmmmmmm! Brmmmmmm! ” suara motor menjerit keras mengangkat beban kami berdua. “Yud kurangin berat badan sedikit lah!” kata Wahyu, teman yang menemani saya ke Bromo. Kami menuju Bromo melewati jalur Tumpang -Gubuk Klakah. Kami tahu padahal jalur itu cukup esktrim, tapi kami nekat mengikuti jeep dari belakang.

Saat sedang asyiknya mengikuti Jeep dengan motor bebek kami, tiba2 kami melihat 2 motor yang bermasalah. Saya ingat sekali itu pukul 1 malam. Ditengah jalan berbatu itu, kami berinisiatif stop untuk membantu mereka.

Ternyata, ada masalah pada motor mereka. Mereka meminjam beberapa kunci untuk membuka bagian mesin. Kami menunggu sekitar 30 menit, dan 1 motor temannya, berangkat duluan meninggalkan kami. “Huff, dasar teman tidak korsa. Ini temannya bermasalah malah ditinggal” pikirku. Akhirnya, mereka mengembalikan kunci, dan motorpun bisa menyala kembali. Kami segera pamit dan menuju ke arah PadangPasir yang gelap, sendirian. “Yu, gimana nih? Ikutin aja jalur ban jeep?” tanyaku. “Iya santai aja, aku dah kesini 3x, Insya Allah hafal” kata Wahyu. Kami menyusuri jalan berbatu hingga mulai ke jalur berpasir, dan semua mulai terlihat.

Gelap. Dingin. Penuh Kabut.Jarak pandangan hanya 3m dengan lampu jauh yang kami gunakan. Saya mengecek jam tangan saya, sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Saya masih pede aja mengikuti jalur, karena awal2 masih terlihat batas jalan, ada rumput2 di pingggir pasir yang menunjukkan batas jalan.

Kami saat itu benar2 sendirian. Sayapun sempat bercanda, “kalau nyasar disini apa kabar ya?haha” candaku. Wahyu hanya diam saja. Sepertinya dia serius sekali. Saya mulai sadar, kita berjalan berputar2 saja setelah melewati rumput batas tadi.

Sekarang pasir, kabut, dan kegelapan menyelimuti kami. Entah arah kemana yang kami tuju. Beberapa kali kami sempat hampir terjatuh karena adanya gundukan pasir yang cukup tinggi. Kami berputar2 selama setengah jam, dan akhirnya bertemu dengan teman yang motornya kami bantu tadi. “Kalian tau jalan bro?” Tanyaku. Mereka menggelengkan kepalanya. Pertanda buruk bagi kami. Sudah jalan saja, nanti kalau menemukan tempat yang nyaman dan rata, kita parkir dan tiduran disana menunggu sampai pagi, gumamku. Tapi teman yang dimotor bilang, kalau malam suka banyak binatang atau yang aneh2. Lebih baik tetap jalan.